Angkot itu cukup lama untuk mulai "tancap gas", ya,,dengan istilah "ngetem". Satu per satu penumpang pun naik, dan keadaan angkot hampir penuh. Kemudian angkot pun menelusuri jalan. Baru saja angkot itu jalan, saya sudah deg-deg an,, Pasalnya,, Sang supir seperti asal-asalan nyetirnya. Ternayta perasaan itu bukan hanya di pikiran saya, tetapi ibu-ibu di samping saya pun berpikiran begitu. karena takut, Sang ibu pun segera turun dari angkot itu. kemudian tak lama setelah itu, dua orang anak muda (sepasang kekasih mungkin), turun dengan wajah yang sepertinya ragu akan kelihaian Sang supir. Saya semakin tidak tenang. Semakin lama semakin tidak tenang, karena jalannya angkot semakin tidak karuan. Akhirnya saya memutuskan untuk segera turun dari angkot tersebut. Saya langsung mengetok atap angkot itu,, lalu angkot berhenti di dekat halte bus transjakarta. Lega, akhirnya saya memutuskan untuk naik bustransjakarta saja, meskipun ongkosnya seperti dua kali lipat, tapi,, keselamatan lebih penting dibandingkan dengan ongkos murah. Saya merasa sedikit iba sih terhadap Sang supir, tapi, karena kekhawatiran saya yang mungkin geje, saya turun juga. Setidaknya saya sudah memberikan sedikit rejeki untuk Sang Supir. Semoga setelah saya turun, para penumpang dan Sang Supir tetap aman.
jadi initinya,, kalo naik angkot, lihat dulu situasi kanan kiri, supirnya juga,, jangan lupa,,, sediakan uang juga buat ongkos :)
No comments:
Post a Comment